Pencarian

PROKLAMASI

Kami bangsa petoealang dengan ini menjatakan penerbitan blognya.

Hal-hal jang mengenai poesting, upload d.l.l.,  diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Bandjarmasin, hari 13 boelan 2 tahoen 10 

Atas nama bangsa petoealang.

Ali Muzakkir

Jumat, 23 April 2010

Perempuan di Pucuk Pesta Blogger


Drg. Irayani Queencyputri sudah ngeblog bahkan sebelum istilah blog populer. Sejak 1998, ia sudah mengutak-atik layanan hosting macam Geocities, Brinkster hingga Netfirms. Pada 2002, ia pindah ke Blogspot. Saat itu pula, istilah blog mulai terdengar, menggantikan ‘hp’ alias homepage.

Rara, demikian ia dikenal, lalu juga terlibat dalam komunitas blog yang bertumbuhan. Ia aktif di forum Blogger Family, komunitas blogger regional Anging Mammiri, juga di geng maya bernama Kampung Gajah.

Baru-baru ini, Rara dipercaya memimpin kepanitiaan Pesta Blogger 2010. Ia didapuk sebagai ‘manusia kursi’: Dia perempuan pertama yang memegang amanat ini–mengubah sebutan chairman di kepanitiaan sebelumnya menjadi chairperson.

Maka, dalam bulan-bulan ke depan, hari-hari Rara akan sangat sibuk. Selain praktek dokter gigi hampir sepanjang pekan dan sepanjang siang, dia bakal pontang-panting mengarahkan tim Pesta Blogger 2010.

Sebelum ia sibuk, Yahoo! Indonesia menyempatkan berbincang dengan Rara.

Yahoo!: Reaksi pertama saat diajak menjadi chairperson Pesta Blogger 2010?
Rara: Dualisme antara merasa seram akan tanggung jawab yang berat, tapi di saat sama, saya gemas ingin membenarkan konsep di Pesta Blogger 2010. Tapi saya pikir, untuk menolong orang yang akan tenggelam, kita harus terjun dan menyeretnya ke pinggir.

Y!: Konsep apakah yang menurut Anda perlu diluruskan itu? Apa ini soal tiket?
R: Ini bukan masalah tiket gratis atau lebih murah, tapi tentu saja soal harga tiket ini akan kami diskusikan juga.

Pesta Blogger selama ini cenderung terlihat komersial. Melihat Pesta Blogger yang hura-hura, kurang menggiring kontribusi dari komunitas blogger berbasis kedaerahan, rasanya jadi miris. Saya ingin Pesta Blogger lebih membumi, lebih rendah hati, agar dinikmati lebih banyak level blogger.

Di sisi lain, saya jujur belum tahu banyak kerja (kepanitiaan) Pesta Blogger selama ini, karena belum pernah menjadi orang dalam alias panitia, atau kerja bareng panitia. Awal Mei, saya akan bertemu dengan tim yang lebih besar. Nanti akan membahas lebih banyak di sana.

Y!: Panitia seperti apa yang Anda inginkan?
R: Yang terpikir saat ini adalah akan merekrut orang baru, tapi tentunya tetap menggandeng yang sudah berpengalaman sebelumnya. (Yaitu) mereka yang bisa dan ingin bekerjasama.

Y!: Jadwal Anda tampaknya sudah cukup padat. Bagaimana membagi waktunya?
R: Saya akan mengikuti alurnya saja. Dulu, di sejumlah acara besar Anging Mammiri, semuanya selalu berdekatan dengan jadwal ujian di klinik. Saya akan menjalani keduanya sebaik mungkin.

Y!: Soal nama Pesta Blogger, apakah akan disesuaikan secara kebahasaan?
R: Pesta Blogger sudah terlanjur menjadi brand. Tapi menurut saya, kemungkinan-kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi. Yang lucu, tiap tahun selalu ada saja yang bertanya, apakah Pesta Blogger khusus untuk pengguna layanan blogger.com, atau bertanya apakah pengguna Wordpress, Multiply, dan lainnya, bisa ikut. Hahaha..

Y!: Sekarang media sosial macam Twitter, Foursquare, dan lainnya, sedang marak. Bagaimana mengadaptasi tren ini ke Pesta Blogger?
R: Sejujurnya, saya punya idealisme bahwa Pesta Blogger mestinya untuk blogger secara khusus, bukan komunitas internet pada umumnya, misalnya para chatters dan online gamers. Hal ini akan saya kemukakan dengan tim untuk dibahas.

Tentang Foursquare, sudah terpikir untuk membuat badge khusus untuk check in di venue! Hehehe..

Y!: Kenapa begitu ‘keukeuh’ dengan semangat blog di Pesta Blogger?
R: Saya ingin mengingatkan, di saat sekolah-sekolah di kota berlomba memberikan fasilitas ini itu, internet gratis, laboratorium internet dan lain-lain, di Tambelan, misalnya, anak-anak SMU hanya bisa belajar teorinya saja, tanpa tahu internet itu bagaimana. (Rara pernah bertugas sebagai pegawai tidak tetap dinas kesehatan di wilayah Kepulauan Tambelan, lepas pantai Kalimantan Barat.)

Sekarang, kita yang dekat dengan teknologi bisa terus terbarukan dengan media-media sosial. Tapi kan ada juga blogger-blogger yang jauh, seperti di Ende, yang tak tersentuh perkembangan itu. Sekarang, ada sesuatu yang secara gradual menghilang, mungkin karena terbanting media sosial.

Y!: Hmm.., bagaimana dengan mereka yang punya blog tapi tak pernah diperbarui lagi?
R: Setidaknya blognya belum dihapus! Hahaha..
blog comments powered by Disqus